![]() |
Tegongan Rengas Kembar, Unik dan Mistik/Agus Wididi |
Siapa yang tidak kenal
dengan tikungan jalan yang satu ini? “Tegongan Rengas Kembar” atau dalam bahasa
Indonesia disebut “Tikungan Rengas Kembar”, namanya sudah melekat di masyarakat
Desa Tegalglagah atau bahkan di seluruh warga Brebes. Jika melintas di Desa
Tegalglagah, maka yang ada dibenaknya adalah tikungan yang satu ini.
Tikungan Rengas Kembar,
merupakan salah satu tikungan yang berada di jalan raya Desa Tegalglagah,
tepatnya di Tegalglagah bagian utara RT: 05 RW: 10. Tikungan yang membujur dari
arah selatan ke utara (atau sebaliknya) ini merupakan tikungan dengan tingkat
kemiringan sebesar 115 derajat. Dengan besar kemiringan sebesar itu, tikungan
rengas kembar menjadi satu-satunya tikungan paling tajam yang berada di
sepanjang jalan raya Desa Tegalglagah.
Kenapa disebut
“Tikungan Rengas Kembar”? Dulu, tepat disebelah timur tikungan tersebut
terdapat dua pohon rengas besar yang sejajar. Oleh warga setempat, kemudian
disebut pohon rengas kembar. Karena tepat berada di tikungan, jadi tikungan
tersebut juga disebut “Tikungan Rengas Kembar” atau dalam bahasa jawa “Tegongan
Rengas Kembar”.
Menurut warga
setempat, pohon rengas kembar sudah berusia lebih dari 70 tahun dan sekitar
tahun 2006 pohon itu ditebang. Hingga saat ini, hanya menyisakan sebuah nama
untuk mengenang keberadaan dua pohon rengas itu.
Warga setempat juga
mempercayai bahwa ada aura mistik yang terdapat pada pohon rengas kembar. Hal
itu dibuktikan dengan seringnya terjadi kecelakaan di tikungan rengas kembar.
Bahkan ada juga yang mengalami kecelakaan di tikungan tersebut hingga meninggal
dunia. Hingga tikungan ini dijuluki dengan sebutan Tikungan Tengkorak.
![]() |
Tegongan rengas kembar terlihat di Google Maps/Agus Wididi |
Berdasarkan keterangan
dari salah seorang warga yang pernah mengalami kecelakan di tikungan tersebut,
pada saat dirinya melewati tikungan itu pernah melihat ada seorang perempuan
mistik yang sedang menyeberang jalan secara dadakan. Karena kagok, kemudian ia
membanting setir hingga akhirnya mengalami kecelakaan.
Agar tidak terjadi
kecelakaan ketika melewati tikungan tersebut, warga setempat mempercayai harus
memelankan kendaraannya dan harus disertai pula dengan mengucap salam. Jika hal
tersebut dilakukan, maka akan terhindar dari kecelakaan. Namun, saat ini
kepercayaan tersebut sudah mulai hilang disertai dengan sudah tidak ada laginya
pohon rengas kembar.
0 comments
Post a Comment